Assalamu'alaikum wr.wb
Kali ini saya membawakan sebuah teori atau materi tentang Iodo-Iodometri. Pada tau nggak sih apa sih Iodo-Iodometri itu? Untuk menjawab pertanyaan itu silahkan baca teori atau materi dibawah ini. Semoga membantu kalian :)
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu
iodimetri (secara langsung), dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam
iodimetri, iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam iodometri ion
iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodometri ataupun iodimetri
penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas.
Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang
dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat
distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
Teknik ini
dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium
tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :
I2 +
2e → 2 I- Eo =
+ 0,535 volt
Sifat khas iodine
cukup menarik yaitu berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna merah
pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat
diikuti dengan menggunakan indikator amilosa atau amilopektin.
Analisa dengan
menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri. Namun
titrasi ini juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana
larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi
dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak langsung disebut
dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin,
indikator carbon tetraklorida juga digunakan, berwarna ungu jika mengandung
iodine.
Iodimetri merupakan
titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang
pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan
sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida.
Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai peniter.
Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu
unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada
suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap
elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja.
Dalam metoda analisis ini, analat dioksidasikan oleh I2, sehingga I2
tereduksi menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2 →
A ( Teroksidasi ) + 2 I –
Iod merupakan
oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amylum
yang akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi.
I2 + 2
e - → 2 I-
Iod merupakan zat
padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada 25°C, namun sangat larut
dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk kompleks triiodida
dengan iodida :
I2 + I- →
I3-
Ion cenderung dihidrolisis
membentuk asam iodida dan hipoiodit :
I2 + H2O
→ HIO + H+ + I-
Larutan standar iod
harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian HIO oleh cahaya
matahari.
2HIO → 2 H+ +
2 I- +O2(g)
Warna larutan iod 0,1
N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sendiri sebagai indikator. Iod juga
memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada pelarut seperti CCl4 (kloroform),
dan kadang-kadang digunakan untuk mendeteksi titik akhir. Namun lebih lazim
digunakan suatu larutan amylum, karena warna biru tua kompleks pati-iod
berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam
larutan sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan
adanya ion iodida. Molekul iod diikat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen
amylum.
Larutan iod merupakan
larutan yang tidak stabil, sehingga perlu distandarisasi berulang kali. Sebagai
Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus
dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain
dengan mengatur pH atau dengan menambahkan bahan pengkompleks.
Larutan iod sering
distandardisasi dengan larutan Na2S2O3. Selain
itu bahan baku primer yang paling banyak digunakan ialah As2O3 pada
pH tengah. Berdasarkan reaksi :
I2 + 2
e- → 2 I- E◦= 0,536
volt
H3AsO3 +
H2O → H3AsO4 + 2 H+ + 2 e- E◦= 0, 559 volt
H3AsO3 +
H2O + I2 H3 → AsO4 +
2 H+ + 2 I- E◦=
-0,023 volt
Reaksi diatas
menunjukkan bahwa sebenarnya iod terlalu lemah untuk mengoksidasi H3AsO4.
Namun dengan mentitrasi pada pH cukup tinggi, maka kesetimbangan digeser
kekanan (H+ yang terbentuk diikat oleh OH- dalam
larutan yang berkelebihan OH- itu). Pada umumnya pH tersebut
diantara 7 dan 9, tidak terlalu basa, karena akan mendorong disproporsional I2 terlalu
banyak. Untuk mengatur pH tersebut, larutan yang agak asam dijenuhi dengan
NaHCO3 yang akan menghasilkan penahan dengan pH antara 7
dan 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar